Senin, 24 Mei 2010

Jahe dan Khasiatnya bagi tubuh kita



Jahe yang berasal dari Asia Tenggara, biasa ditanam di daerah beriklim tropis dan
terkenal dengan umbi akarnya yang memiliki rasa pedas dan beraroma tajam.
Tanaman ini menghasilkan gerombolan kuncup bunga yang bewarna putih dan merah
yang akan merekah pada musim dingin. Karena keindahan dan kemampuannya
beradaptasi dengan iklim panas, tanaman ini sering digunakan untuk pertamanan.
Batangnya yang berada di bawah permukaan tanah, membentuk gerombolan, tebal,
dan bewarna seperti tanah. Sedangkan yang di atas tanah, tumbuh sekitar 12 inci
dipermukaan, daunnya hijau dan bertulang tipis, bunganya bewarna putih atau
hijau kekuningan.

Jahe merangsang keluarnya ludah. Minyak volatile dan campuran aroma phenol (seperti
pada gingerols dan shogaols)merupakan komponen penting yang ada pada akar jahe.
Penelitian di bidang pengobatan menunjukkan bahwa akar jahe efektif untuk
mual-mual selama dalam perjalanan.

Karena mengandung banyak antioksidan, maka akarnya dikeringkan dan dibuat menjadi pil.
Gingerale dan bir jahe telah lama digunakan sebagai pereda sakit perut. Air
jahe digunakan pada banyak negara sebagai pencegah kejang karena cuaca yang
sangat panas. Bubuk jahe yang masih segar biasanya digunakan untuk pilek,
gejala flu, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Menurut beberapa peneliti,
jahe dapat menurunkan kolesterol dan mencegah pembekuan darah, sehingga dapat
terhindar dari struk dan serangan jantung. Karena itulah jahe harus menjadi
makanan sehari-hari.

Bicara mengenai kegunaannya pada masakan, jahe merupakan bahan penting setiap masakan.
Jahe dapat digunakan sebagai penambah rasa dan pemanis daging sehingga mudah
untuk dicerna. Jahe dapat dipakai dalam keadaan segar atau kering, diparut atau
dicampur gula, dan sebagai sirup atau cuka.

Di samping sebagai penguat rasa pada kari dan hidangan vegetarian, jahe seringkali
digunakan sebagai campuran teh oleh orang-orang Asia. Di negara-negara seperti China dan Jepang, jahe digunakan untuk
bumbu sup atau saus. Sangat mengejutkan karena penggunaan jahe pada
hidangan-hidangan Eropa menurun sejak abad ke 18. Namun untuk minuman, sajian
mentah dengan tahu atau mie, roti, kue, dan biskuit, jahe masih tetap digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar